Dewasa
ini perkembangan teknologi internet sangat maju,cepat,dan dinamis. Hampir
segala aspek yang diperlukan untuk menjalakan setiap kegiatan,baik itu kegiatan
edukasi,ekonomi,politik,hukum,dan jurnalisme mampu dihadirkan dalam bentuk yang
semenarik mungkin dnegan menggunakan media internet.
Salah
satu aspek tersebut adalah jurnalisme. Kebutuhan akan berita pada abad 21 ini
sudah menjadi kebutuhan primer. Hampir setiap saat terjadi perkembangan atau
bahkan penciptaan teknologi baru. Masyarakat kebanyakan tidak ingin ketinggalan
dengan arus perkembangan teknologi sehingga dibutuhkan media jurnalisme yang
bersifat mudah diakses,segar,dan aktual.
Tidak
hanya perkembangan teknologi namun juga berita-berita lainnya seperti
olahraga,bisnis,hiburan,bahkan kesehatan. Dengan kebutuhan akan berita yang
sangat besar dan cukup mendesak dibutuhkan media yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Detik.com adalah salah satu media yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Detik.com adalah media jurnalisme yang menggunakan internet sebagai sarana
berbagi dengan “konsumen-konsumen” berita.
Detik.com
merupakan salah satu media jurnalisme elektronik terbesar dan tersukses di
Indonesia. Dengan kualitas pemberitaan yang objektif,segar,dan aktual Detik.com
terus memanjakan para “konsumen” berita dengan berita-berita yang variatif.
Sejarah Berdirinya Detik.com :
Detikcom awalnya adalah proyek pribadi sebuah perusahaan
penyedia jasa konsultasi, pengembangan, dan pengelolaan web, Agranet Multicitra
Siberkom. — Di singkat menjadi Agrakom — Untuk menyiasati kondisi perusahaan
saat krisis ekonomi 1997. Agrakom saat itu seperti banyak perusahaan lain juga
menghadapi persoalan. Order jasa web site terhenti, sementara proyek-proyek
e-commerce yang sudah di tangan di tunda oleh klien. Padahal Agrakom yang
berdiri Oktober 1995 dengan investasi yang lumayan besar.
Agrakom termasuk salah satu pelopor Industri konten IT yang
menyasar pasar Internet yang mulai di kenal di Indonesia pada tahun 1993.
Agrakom sempat beberapa kali mengecap manisnya kue bisnis itu dari beberapa
klien besar seperti Kompas Gramedia yang meluncurkan Kompas Cyber Media untuk
berita koran versi Internet atau PT. Tambang Timah Tbk.
Agrakom didirikan oleh Budiono Darsono dan teman-teman yang
sebagian besar berlatar belakang Jurnalis, pada masa awal Agrakom berkantor di
perkantoran Stadion Lebak Bulus, namun berhasil menggaet sekitar 10 klien
raksasa dari luar negeri. Antara lain Philips (elektronik), Hair Builder
(properti), Anderson (News), Radio Extreme (Konsultan Sekuritas), Intel dan AIM
Service. Umumnya klien tersebut perusahaan Amerika dan tidak memiliki kantor di
Indonesia bahkan merekapun tidak menginginkan memiliki tempat usaha di
Indonesia walaupun murah bagi mereka, ini mungkin karena indonesia belum begitu
dilirik dalam dunia IT, tidak seperti sekarang.
Kepada Agrakom sebagian besar perusahaan tersebut memercayakan
penggarapan dan pengembangan situs Web mereka. Sebagian lainnya mengorder jasa
pengembangan aplikasi. Semua kontak bisnis dilakukan melalui email dan telepon
atau mungkin print presentasi elegant. Preview pekerjaan juga dilakukan melalui
Internet. Adapun diskusi pekerjaan dipresentasikan melalui Chat yang secara
khusus dibuat oleh Agrakom.
Nilai proyek yang ditangani terus meningkat, awalnya hanya
Rp. 300 juta, lalu meningkat Rp. 425 juta bahkan sempat sampai mencapai Rp. 1
Miliar. Tapi kue manis tersebut tak berlangsung lama, Krisis Moneter 1997
membuyarkan semuanya mungkin ini yang menjadi kelemahan detik com atau hampir
seluruh perusahaan lain yaitu kurangnya planing diawal bilamana usaha akhirnya
terpuruk.
Menyikapi kondisi tersebut , kemudian Budiono Darsono (eks
Wartawan DeTik), Yayan Sofyan (eks Wartawan DeTik), Abdul Rahman (eks Wartawan
Tempo) dan Didi Nugrahadi (tetangga rumah Budiono yang tinggal di Pamulan
Tangerang). Empat sekawan ini berpikir keras mencari konsep jasa web baru yang
tetap laku dalam situasi krisis. Ada cerita lain bahwa ide ini lahir akibat
paket layanan baru dan pernah ditawarkan kepada salah satu penerbit koran
besar, namun ditolak. Klien itu justru menyarankan agar Budiono dan kawan
kawannya menggarapnya sendiri.
Dari serangkaian pertemuan, nongkrong di berbagai tempat,
akhirnya konsep itu ditemukan. Yaitu sebuah media yang 100% berbasis Internet
dan memanfaatkan semaksimal mungkin keunggulannya yaitu tersedia setiap saat
dan interaktif. Namun gagasan ini masih mentah karena Budiono dan kawan kawan
masih bingung seperti apa wujudnya.
Terdapat beberapa alternatif matang dan tinggal menjiplak
saja. Misalnya waktu itu lagi populer sekali Yahoo, dimana orang yang mau
browsing pasti ke Yahoo dulu, buat cari informasi, jadi ada rencana buat portal
seperti Yahoo, atau bikin Web Mail Gratis macam Hotmail.
Tetapi pilihan akhirnya jatuh pada membuat situs berita
yang cepat terupdate dalam hitungan menit, bukan lagi harian seperti koran.
Budiono sangat yakin orang-orang sedang membutuhkan berita seperti ini. Gagasan
itu sepertinya mencontek gaya breaking news televisi CNN tetapi ala internet.
Sama seperti Yahoo! yang sebetulnya sudah memakai konsep itu dengan berita
update langganan dari berbagai kantor berita. Sayangnya, mesin pencari ini
masih berbahasa Inggris. Padahal di Indonesia hanya sedikit orang yang mau baca
Web Site berbahasa Inggris.
Detik.com waktu itu memang unik. Jangankan Di Indonesia, di seluruh dunia pun
waktu itu tidak ada Portal Berita macam Detik.com. Pada awal operasionalnya
Budiono menjabat sebagai pemimpin redaksi sekaligus reporter dengan satu tape
recorder. Lalu merekrut beberapa reporter, sembari rajin menelepon bekas
teman-teman wartawan di media lain untuk menyumbang berita. Beritanya singkat,
orang yang sering di telpon Budiono adalah Sapto Anggoro, redaktur di harian
Republika, yang kerap memberi info baru di lapangan kepadanya. Tidak lama Sapto
justru keluar dari koran itu dan bergabung, bahkan sekarang tercantum sebagai
dewan redaksi Detikcom.
Delapan hari setelah Soeharto lengser, 30 Mei 1998, server
Detikcom sudah siap di akses, namun baru mulai on line dengan sajian lengkap
pada 9 Juli 1998. Berita-beritanya segar, anyar, dan terus menerus diperbaharui
dalam hitungan detik. Desain website berbalut warna khas yang agak norak,
hijau, biru, dan kuning. Warna ini sampai sekarang dipertahankan sebagai
trademark. Baru sebulan Detikcom on line telah ada sekitar 15.000 hits alias
yang mengklik situs baru itu. Perkiraan itu akhirnya terbukti karena dalam
waktu singkat Detikcom menjadi sangat dicari. Satu tahun kemudian, jumlah
pengunjung melesat menjadi 50.000 orang perhari, sebuah pencapaian luar biasa
mengingat pengguna Internet yang baru sedikit saat itu.
Banyak cerita tentang sulitnya para reporter Detikcom
menyajikan berita – berita secara tepat waktu. Saat itu belum ada BlackBerry
atau semacam SmartPhone yang bisa mengirimkan email berita dengan sekali
pencet. Telepon genggam (Handphone) apalagi PDA di tahun 1998 – 1999 amat mahal,
dan terbatas. Satu satunya jalan adalah memanfaatkan telepon umum dan setiap
pagi para reporter Detikcom terlebih dahulu diwajibkan untuk masuk ke kantor
mengambil beberapa kantung uang recehan. Yang terjadi adalah antrean panjang
telepon umum dan para wartawan itu sering kena omel para pengguna telepon.
Dengan begitu berita yang dikirimkan disiasati lebih singkat dan pendek.
Detik keberhasilan Detikcom pun turut menjadi pemicu
munculnya demam Internet di Indonesia pada pertengahan 1999.
Ini menyadarkan banyak konglomerat media yang merasa
kecolongan tidak memanfaatkan kesempatan emas di waktu yang sulit itu. Lagi
pula, membangun sebuah situs tidak perlu modal yang banyak, seperti mendirikan
pabrik. Mulailah bermunculan perusahaan Internet serius didirikan seperti
Satunet, Astaga!com. James Riyadi pemilik Lippo Life membuat Lippo e-Net dan
Lippostar. Adapula Mweb, Kopitime, dan BolehNet. Bedanya portal-portal tersebut
banyak yang didirikan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Investasi awal
jor-joran dengan menawarkan pelbagai fasilitas canggih berbiaya besar yang di
gratiskan seperti email, chatting, kirim SMS dan bahkan webfax gratis, untuk
mengundang pengunjung. Setelah mencatat banyak hits, mereka melepas kepemilikan
di bursa saham untuk mendapatkan dana.
Di kepung oleh pemodal besar membuat Agrakom pun menjual
15% saham Detikcom kepada Investor asal Hongkong, Pasific Tech seharga USD2
juta. Uang sebanyak itu berpuluh kali lipat dari investasi awal DetikCom yang
hanya Rp. 40 juta. Dana sebesar itu membuat Detikcom nervous harus seberapa
besar pendapatan yang diperoleh kalau investasinya saja sudah hampir menginjak
belasan juta dollar
Akhirnya di putuskan belanja teknologi dikeluarkan
seperlunya. Tenaga penjual iklan di rekrut. Bahkan, iklan dari dotcom lain di
terima, termasuk dari kompetitor. Awal Januari 2000, Detikcom merilis email
gratis, chating, ruang diskusi, dan menambah sejumlah kanal baru. Ciri khas
jurnalistik lebih di pertajam dengan serangkaian kerja sama organisasi kampanye
untuk memasok berita di daerah. Fasilitas SMS dan WebFax gratis yang biaya
operasinya mahal ditiadakan. Tidak ada biaya promosi miliaran rupiah. Tidak ada
content management system seharga ratu san ribu dolar, tetapi mengembangkan
sendiri. Langkah meniru nan hati-hati itu akhirnya bisa menyelamatkan.
Di awal milenium, krisis dotcom meledak di Amerika Serikat.
Saham saham perusahaan berbasis teknologi bertumbangan. Kekecewaan investor
bahwa jaringan internet ternyata tidak mendatangkan keuntungan seperti yang
dijanjikan terbukti sudah oleh kiamat dotcom yang datang lebih cepat. Dari sisi
pendapatan krisis dotcom tahun 2000 telah menyebabkan banyak pemasang iklan
tidak lagi mau percaya pada media Internet. Satu persatu portal yang pada tahun
1999 tumbuh pesat, kini mulai gulung tikar. Maka awal 2001 situs situs milik
para Konglomerat Media itu kehabisan modal.
Budiono dan kawan kawan bertahan dengan modal pas-pasan
setelah menutup kembali fasilitas yang di anggap tak menguntungkan. Detikcom
masih memiliki napas hasil menyisakan modal dan sedikit dari penghasilan iklan
– Oktober 2000 pendapatan iklan Detikcom mencapai lebih dari Rp. 500 juta.
Berita yang tak banyak pembacanya dan tak menarik pemasang iklan dihentikan.
Serangkaian bidang usaha baru dirilis, tahun 2003 terlihat bahwa dari beberapa
bidang usaha baru, mobile data (layanan kirim berita lewat SMS) adalah yang
paling cepat memberi hasil.
Selanjutnya, Detikcom melenggang sendirian tanpa lawan yang
berarti. Banyak pujian datang karena Detikcom salah satu dari sedikit media
yang bisa bertahan pada era industri media yang mulai bergerak ke arah
konglomerasi. Ada Kompas Gramedia, Media Group, Para Group, MNC, Jawa Pos
Group, dan Visi Media Asia. Dan yang terjadi belakangan pada akhirnya adalah
raksasa-raksasa ini justru mengekor kepada semut. Kompas mereborn Kompas.com,
MNC mendirikan okezone.com, Visi Media milik Grup Bakrie melahirkan VivaNews.
Tempo Inti Media mengaktifkan tempointeraktif.co.id, belum lagi Inilah.com dan
Wartaone.com.
Menanggapi banyaknya portal Berita yang muncul, Budiono
Darsono bilang “Dulu pun kami menghadapi pemain modal besar, tapi Detik bisa
menghadapinya, Bisnis ini dibangun dengan semangat jurnalistik, bukan dengan
dan Modal”.
Keunggulan Detik.com :
Selain
sebagai pelopor media jurnalisme atau pemberitaan online Detik.com memiliki
beberapa keunggulan yang menyebabkan Detik.com mampu menjadi salah satu media
pemberitaan yang paling diminati hingga saat ini.
Berikut
adalah beberapa keunggulan Detik.com :
Ø Cepat dalam menyampaikan informasi. Update informasi
dilakukan terus-menerus selama 24 jam. Hal ini sulit dilakukan oleh media
cetak. Kecepatan dalam menyajikan informasi seperti ini dapat dilakukan oleh
media jurnalisme online.
Ø Berita yang dimuat dikemas dan disajikan dalam bahasa
yang mudah dipahami masyarakat. Ini merupakn salah satu kelebihan redaksional
majalah detik ketika masih terbit sebgai meida cetak.
Ø Mudah dalam pengaksesan. Detik.com dapat diakses
dnegan menggunakan internet,dalam hal ini internet dapat diakses dengan
berbagai macam device seperti komputer maupun smartphone.
Ø Detik.com menyediakan fasilitas untuk interaksi
antar pembaca dengan menggunakan forum. Sehingga para pembaca dapat saling
bertukar pendapat tentang artikel di Detik.com. Dengan begitu akan menambah
kenyamanan pembaca. Membaca berita sekaligu berinteraksi dengan sesama pembaca.
Ø Detik.com memiliki wartawan-wartawan yang tingkat
profesionalismenya tinggi sehingga mampu menyuguhkan berita yang bermutu.
Segmen-segmen dalam Detik.com :
Dalam
menyajikan beritanya detik.com memiliki banyak sekali tema yang diangkat
seperti olahraga,hukum,politik,otomotif,kesehatan,edukasi,bahkan hiburan.
Detik.com memiliki segmen-segmen yang mengelompokkan berita berdasarkan tema
utamanyanya.
Berikut
adalah segmen-segmen tersebut :
·
detikNews
(news.detik.com) Berisi informasi berita politik-peristiwa
·
detikFinance
(finance.detik.com) Memuat berita ekonomi dan keuangan
·
detikFood
(food.detik.com) Informasi tentang resep makanan dan kuliner
·
detikHot
(hot.detik.com) Berisi info gosip artis/selebriti dan infotainment
·
detiki-Net
(inet.detik.com) Memuat informasi teknologi informasi
·
detikSport
(sport.detik.com) Berisi info olahraga termasuk sepakbola
·
detikHealth
(health.detik.com) Memuat info dan artikel kesehatan
·
detikTV (tv.detik.com) Memuat info mengenai berisi
berita video (tv berita)
·
detikFoto
(foto.detik.com) Yang memuat berita Foto
·
detikOto
(oto.detik.com) Memuat informasi mengenai otomotif
·
detikTravel
(travel.detik.com) Memuat informasi tentang liburan dan pariwisata
·
detikSurabaya
(surabaya.detik.com) Info Surabaya dan Provinsi Jawa Timur
·
detikBandung
(bandung.detik.com) Informasi tentang Bandung dan Provinsi Jawa Barat
·
detikforum
(forum.detik.com) Tempat diskusi online antar komunitas pengguna Detikcom
·
blogdetik
(blog.detik.com) Tempat pengakses mengisi info atau artikel, foto, video di
halaman blog pribadi
·
wolipop (wolipop.detik.com)
Berisi informasi tentang wanita dan gaya hidup
·
TanyaSaja
(tanyasaja.detik.com) Tempat para pengakses bertanya jawab mengenai hal apa pun
·
DetikMap
(map.detik.com) Semacam alat/tool untuk melihat Peta lokasi
·
IklanBaris
(iklanbaris.detik.com) Berisi Iklan yang langsung diisi konsumen
·
MyTRANS
(www.mytrans.com) Live Streaming Trans TV dan Trans7, serta video program-program acara Trans TV dan Trans7
·
Harian Detik
(harian.detik.com) Berisi berita dalam bentuk koran digital yang diterbitkan 2x sehari pada pukul 06:00 WIB
& 16:00 WIB (untuk edisi akhir pekan terbit 1x sehari pada pukul 06:00
WIB). Sejak 22 Juli 2013, Harian Detik dihentikan penerbitannya.
Pendapat masyarakat tentang
Detik.com :
Moenandar
(51) :
“Kebutuhan
dalam mengakses berita yang up to date
dan aktual sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat umum. Detik.com
merupakan salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kualitas ,
aktualitas , dan “kesegaran” berita yang disuguhkan menjadikan alasan utama
mengapa Detik.com menjadi salah satu rujukan media utama untuk mengakses
berita.”
Irsyad
(19) :
“Detik.com
memberi suguhan berita-berita yang menarik dan berkualitas,sehingga Detik.com
menjadi media favorit saya dalam mencari berita. Detik.com juga sangat mudah
diakses dengan menggunakan berbagai macam media seperti laptop , komputer
bahkan smartphone.”
Inspirasional dan pelopor :
Detik.com
mampu menjadi pelopor media jurnalistik online yang sukses. Kisah berdirinya
detik.com yang inspirasional bisa dijadikan contoh bagi para insan muda untuk
terus mengembangkan kemampuan dan terus berjuang walaupun dengan sumberdaya
yang terbatas.
Semangat
yang pantang menyerah mutlak diperlukan demi terwujudnya impian yang
didambakan. Detik.com merupakan contoh buah dari semangat dan kerja keras yang
sudah dilakukan oleh para pendiri Detik.com.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar