Jumat, 27 Desember 2013

“Detik.com” Inspirasi Penyaji Berita Segar dan Aktual


Dewasa ini perkembangan teknologi internet sangat maju,cepat,dan dinamis. Hampir segala aspek yang diperlukan untuk menjalakan setiap kegiatan,baik itu kegiatan edukasi,ekonomi,politik,hukum,dan jurnalisme mampu dihadirkan dalam bentuk yang semenarik mungkin dnegan menggunakan media internet.

Salah satu aspek tersebut adalah jurnalisme. Kebutuhan akan berita pada abad 21 ini sudah menjadi kebutuhan primer. Hampir setiap saat terjadi perkembangan atau bahkan penciptaan teknologi baru. Masyarakat kebanyakan tidak ingin ketinggalan dengan arus perkembangan teknologi sehingga dibutuhkan media jurnalisme yang bersifat mudah diakses,segar,dan aktual.

Tidak hanya perkembangan teknologi namun juga berita-berita lainnya seperti olahraga,bisnis,hiburan,bahkan kesehatan. Dengan kebutuhan akan berita yang sangat besar dan cukup mendesak dibutuhkan media yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Detik.com adalah salah satu media yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Detik.com adalah media jurnalisme yang menggunakan internet sebagai sarana berbagi dengan “konsumen-konsumen” berita.

Detik.com merupakan salah satu media jurnalisme elektronik terbesar dan tersukses di Indonesia. Dengan kualitas pemberitaan yang objektif,segar,dan aktual Detik.com terus memanjakan para “konsumen” berita dengan berita-berita yang variatif.


Sejarah Berdirinya Detik.com :

Detikcom awalnya adalah proyek pribadi sebuah perusahaan penyedia jasa konsultasi, pengembangan, dan pengelolaan web, Agranet Multicitra Siberkom. — Di singkat menjadi Agrakom — Untuk menyiasati kondisi perusahaan saat krisis ekonomi 1997. Agrakom saat itu seperti banyak perusahaan lain juga menghadapi persoalan. Order jasa web site terhenti, sementara proyek-proyek e-commerce yang sudah di tangan di tunda oleh klien. Padahal Agrakom yang berdiri Oktober 1995 dengan investasi yang lumayan besar.
Agrakom termasuk salah satu pelopor Industri konten IT yang menyasar pasar Internet yang mulai di kenal di Indonesia pada tahun 1993. Agrakom sempat beberapa kali mengecap manisnya kue bisnis itu dari beberapa klien besar seperti Kompas Gramedia yang meluncurkan Kompas Cyber Media untuk berita koran versi Internet atau PT. Tambang Timah Tbk.
Agrakom didirikan oleh Budiono Darsono dan teman-teman yang sebagian besar berlatar belakang Jurnalis, pada masa awal Agrakom berkantor di perkantoran Stadion Lebak Bulus, namun berhasil menggaet sekitar 10 klien raksasa dari luar negeri. Antara lain Philips (elektronik), Hair Builder (properti), Anderson (News), Radio Extreme (Konsultan Sekuritas), Intel dan AIM Service. Umumnya klien tersebut perusahaan Amerika dan tidak memiliki kantor di Indonesia bahkan merekapun tidak menginginkan memiliki tempat usaha di Indonesia walaupun murah bagi mereka, ini mungkin karena indonesia belum begitu dilirik dalam dunia IT, tidak seperti sekarang.
Kepada Agrakom sebagian besar perusahaan tersebut memercayakan penggarapan dan pengembangan situs Web mereka. Sebagian lainnya mengorder jasa pengembangan aplikasi. Semua kontak bisnis dilakukan melalui email dan telepon atau mungkin print presentasi elegant. Preview pekerjaan juga dilakukan melalui Internet. Adapun diskusi pekerjaan dipresentasikan melalui Chat yang secara khusus dibuat oleh Agrakom.
Nilai proyek yang ditangani terus meningkat, awalnya hanya Rp. 300 juta, lalu meningkat Rp. 425 juta bahkan sempat sampai mencapai Rp. 1 Miliar. Tapi kue manis tersebut tak berlangsung lama, Krisis Moneter 1997 membuyarkan semuanya mungkin ini yang menjadi kelemahan detik com atau hampir seluruh perusahaan lain yaitu kurangnya planing diawal bilamana usaha akhirnya terpuruk.

Menyikapi kondisi tersebut , kemudian Budiono Darsono (eks Wartawan DeTik), Yayan Sofyan (eks Wartawan DeTik), Abdul Rahman (eks Wartawan Tempo) dan Didi Nugrahadi (tetangga rumah Budiono yang tinggal di Pamulan Tangerang). Empat sekawan ini berpikir keras mencari konsep jasa web baru yang tetap laku dalam situasi krisis. Ada cerita lain bahwa ide ini lahir akibat paket layanan baru dan pernah ditawarkan kepada salah satu penerbit koran besar, namun ditolak. Klien itu justru menyarankan agar Budiono dan kawan kawannya menggarapnya sendiri.
Dari serangkaian pertemuan, nongkrong di berbagai tempat, akhirnya konsep itu ditemukan. Yaitu sebuah media yang 100% berbasis Internet dan memanfaatkan semaksimal mungkin keunggulannya yaitu tersedia setiap saat dan interaktif. Namun gagasan ini masih mentah karena Budiono dan kawan kawan masih bingung seperti apa wujudnya.
Terdapat beberapa alternatif matang dan tinggal menjiplak saja. Misalnya waktu itu lagi populer sekali Yahoo, dimana orang yang mau browsing pasti ke Yahoo dulu, buat cari informasi, jadi ada rencana buat portal seperti Yahoo, atau bikin Web Mail Gratis macam Hotmail.
Tetapi pilihan akhirnya jatuh pada membuat situs berita yang cepat terupdate dalam hitungan menit, bukan lagi harian seperti koran. Budiono sangat yakin orang-orang sedang membutuhkan berita seperti ini. Gagasan itu sepertinya mencontek gaya breaking news televisi CNN tetapi ala internet. Sama seperti Yahoo! yang sebetulnya sudah memakai konsep itu dengan berita update langganan dari berbagai kantor berita. Sayangnya, mesin pencari ini masih berbahasa Inggris. Padahal di Indonesia hanya sedikit orang yang mau baca Web Site berbahasa Inggris.
Detik.com waktu itu memang unik.  Jangankan Di Indonesia, di seluruh dunia pun waktu itu tidak ada Portal Berita macam Detik.com. Pada awal operasionalnya Budiono menjabat sebagai pemimpin redaksi sekaligus reporter dengan satu tape recorder. Lalu merekrut beberapa reporter, sembari rajin menelepon bekas teman-teman wartawan di media lain untuk menyumbang berita. Beritanya singkat, orang yang sering di telpon Budiono adalah Sapto Anggoro, redaktur di harian Republika, yang kerap memberi info baru di lapangan kepadanya. Tidak lama Sapto justru keluar dari koran itu dan bergabung, bahkan sekarang tercantum sebagai dewan redaksi Detikcom.
Delapan hari setelah Soeharto lengser, 30 Mei 1998, server Detikcom sudah siap di akses, namun baru mulai on line dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Berita-beritanya segar, anyar, dan terus menerus diperbaharui dalam hitungan detik. Desain website berbalut warna khas yang agak norak, hijau, biru, dan kuning. Warna ini sampai sekarang dipertahankan sebagai trademark. Baru sebulan Detikcom on line telah ada sekitar 15.000 hits alias yang mengklik situs baru itu. Perkiraan itu akhirnya terbukti karena dalam waktu singkat Detikcom menjadi sangat dicari. Satu tahun kemudian, jumlah pengunjung melesat menjadi 50.000 orang perhari, sebuah pencapaian luar biasa mengingat pengguna Internet yang baru sedikit saat itu.


Banyak cerita tentang sulitnya para reporter Detikcom menyajikan berita – berita secara tepat waktu. Saat itu belum ada BlackBerry atau semacam SmartPhone yang bisa mengirimkan email berita dengan sekali pencet. Telepon genggam (Handphone) apalagi PDA di tahun 1998 – 1999 amat mahal, dan terbatas. Satu satunya jalan adalah memanfaatkan telepon umum dan setiap pagi para reporter Detikcom terlebih dahulu diwajibkan untuk masuk ke kantor mengambil beberapa kantung uang recehan. Yang terjadi adalah antrean panjang telepon umum dan para wartawan itu sering kena omel para pengguna telepon. Dengan begitu berita yang dikirimkan disiasati lebih singkat dan pendek.

Detik keberhasilan Detikcom pun turut menjadi pemicu munculnya demam Internet di Indonesia pada pertengahan 1999.

Ini menyadarkan banyak konglomerat media yang merasa kecolongan tidak memanfaatkan kesempatan emas di waktu yang sulit itu. Lagi pula, membangun sebuah situs tidak perlu modal yang banyak, seperti mendirikan pabrik. Mulailah bermunculan perusahaan Internet serius didirikan seperti Satunet, Astaga!com. James Riyadi pemilik Lippo Life membuat Lippo e-Net dan Lippostar. Adapula Mweb, Kopitime, dan BolehNet. Bedanya portal-portal tersebut banyak yang didirikan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Investasi awal jor-joran dengan menawarkan pelbagai fasilitas canggih berbiaya besar yang di gratiskan seperti email, chatting, kirim SMS dan bahkan webfax gratis, untuk mengundang pengunjung. Setelah mencatat banyak hits, mereka melepas kepemilikan di bursa saham untuk mendapatkan dana.

Di kepung oleh pemodal besar membuat Agrakom pun menjual 15% saham Detikcom kepada Investor asal Hongkong, Pasific Tech seharga USD2 juta. Uang sebanyak itu berpuluh kali lipat dari investasi awal DetikCom yang hanya Rp. 40 juta. Dana sebesar itu membuat Detikcom nervous harus seberapa besar pendapatan yang diperoleh kalau investasinya saja sudah hampir menginjak belasan juta dollar

Akhirnya di putuskan belanja teknologi dikeluarkan seperlunya. Tenaga penjual iklan di rekrut. Bahkan, iklan dari dotcom lain di terima, termasuk dari kompetitor. Awal Januari 2000, Detikcom merilis email gratis, chating, ruang diskusi, dan menambah sejumlah kanal baru. Ciri khas jurnalistik lebih di pertajam dengan serangkaian kerja sama organisasi kampanye untuk memasok berita di daerah. Fasilitas SMS dan WebFax gratis yang biaya operasinya mahal ditiadakan. Tidak ada biaya promosi miliaran rupiah. Tidak ada content management system seharga ratu san ribu dolar, tetapi mengembangkan sendiri. Langkah meniru nan hati-hati itu akhirnya bisa menyelamatkan.


Di awal milenium, krisis dotcom meledak di Amerika Serikat. Saham saham perusahaan berbasis teknologi bertumbangan. Kekecewaan investor bahwa jaringan internet ternyata tidak mendatangkan keuntungan seperti yang dijanjikan terbukti sudah oleh kiamat dotcom yang datang lebih cepat. Dari sisi pendapatan krisis dotcom tahun 2000 telah menyebabkan banyak pemasang iklan tidak lagi mau percaya pada media Internet. Satu persatu portal yang pada tahun 1999 tumbuh pesat, kini mulai gulung tikar. Maka awal 2001 situs situs milik para Konglomerat Media itu kehabisan modal.

Budiono dan kawan kawan bertahan dengan modal pas-pasan setelah menutup kembali fasilitas yang di anggap tak menguntungkan. Detikcom masih memiliki napas hasil menyisakan modal dan sedikit dari penghasilan iklan – Oktober 2000 pendapatan iklan Detikcom mencapai lebih dari Rp. 500 juta. Berita yang tak banyak pembacanya dan tak menarik pemasang iklan dihentikan. Serangkaian bidang usaha baru dirilis, tahun 2003 terlihat bahwa dari beberapa bidang usaha baru, mobile data (layanan kirim berita lewat SMS) adalah yang paling cepat memberi hasil.

Selanjutnya, Detikcom melenggang sendirian tanpa lawan yang berarti. Banyak pujian datang karena Detikcom salah satu dari sedikit media yang bisa bertahan pada era industri media yang mulai bergerak ke arah konglomerasi. Ada Kompas Gramedia, Media Group, Para Group, MNC, Jawa Pos Group, dan Visi Media Asia. Dan yang terjadi belakangan pada akhirnya adalah raksasa-raksasa ini justru mengekor kepada semut. Kompas mereborn Kompas.com, MNC mendirikan okezone.com, Visi Media milik Grup Bakrie melahirkan VivaNews. Tempo Inti Media mengaktifkan tempointeraktif.co.id, belum lagi Inilah.com dan Wartaone.com.

Menanggapi banyaknya portal Berita yang muncul, Budiono Darsono bilang “Dulu pun kami menghadapi pemain modal besar, tapi Detik bisa menghadapinya, Bisnis ini dibangun dengan semangat jurnalistik, bukan dengan dan Modal”.

Keunggulan Detik.com :

Selain sebagai pelopor media jurnalisme atau pemberitaan online Detik.com memiliki beberapa keunggulan yang menyebabkan Detik.com mampu menjadi salah satu media pemberitaan yang paling diminati hingga saat ini.

Berikut adalah beberapa keunggulan Detik.com :

Ø  Cepat dalam menyampaikan informasi. Update informasi dilakukan terus-menerus selama 24 jam. Hal ini sulit dilakukan oleh media cetak. Kecepatan dalam menyajikan informasi seperti ini dapat dilakukan oleh media jurnalisme online.


Ø  Berita yang dimuat dikemas dan disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Ini merupakn salah satu kelebihan redaksional majalah detik ketika masih terbit sebgai meida cetak.


Ø  Mudah dalam pengaksesan. Detik.com dapat diakses dnegan menggunakan internet,dalam hal ini internet dapat diakses dengan berbagai macam device seperti komputer maupun smartphone.


Ø  Detik.com menyediakan fasilitas untuk interaksi antar pembaca dengan menggunakan forum. Sehingga para pembaca dapat saling bertukar pendapat tentang artikel di Detik.com. Dengan begitu akan menambah kenyamanan pembaca. Membaca berita sekaligu berinteraksi dengan sesama pembaca.


Ø  Detik.com memiliki wartawan-wartawan yang tingkat profesionalismenya tinggi sehingga mampu menyuguhkan berita yang bermutu.





Segmen-segmen dalam Detik.com :

Dalam menyajikan beritanya detik.com memiliki banyak sekali tema yang diangkat seperti olahraga,hukum,politik,otomotif,kesehatan,edukasi,bahkan hiburan. Detik.com memiliki segmen-segmen yang mengelompokkan berita berdasarkan tema utamanyanya.

Berikut adalah segmen-segmen tersebut :

·         detikNews (news.detik.com) Berisi informasi berita politik-peristiwa
·         detikFinance (finance.detik.com) Memuat berita ekonomi dan keuangan
·         detikFood (food.detik.com) Informasi tentang resep makanan dan kuliner
·         detikHot (hot.detik.com) Berisi info gosip artis/selebriti dan infotainment
·         detiki-Net (inet.detik.com) Memuat informasi teknologi informasi
·         detikSport (sport.detik.com) Berisi info olahraga termasuk sepakbola
·         detikHealth (health.detik.com) Memuat info dan artikel kesehatan
·         detikTV (tv.detik.com) Memuat info mengenai berisi berita video (tv berita)
·         detikFoto (foto.detik.com) Yang memuat berita Foto
·         detikOto (oto.detik.com) Memuat informasi mengenai otomotif
·         detikTravel (travel.detik.com) Memuat informasi tentang liburan dan pariwisata
·         detikSurabaya (surabaya.detik.com) Info Surabaya dan Provinsi Jawa Timur
·         detikBandung (bandung.detik.com) Informasi tentang Bandung dan Provinsi Jawa Barat
·         detikforum (forum.detik.com) Tempat diskusi online antar komunitas pengguna Detikcom
·         blogdetik (blog.detik.com) Tempat pengakses mengisi info atau artikel, foto, video di halaman blog pribadi
·         wolipop (wolipop.detik.com) Berisi informasi tentang wanita dan gaya hidup
·         TanyaSaja (tanyasaja.detik.com) Tempat para pengakses bertanya jawab mengenai hal apa pun
·         DetikMap (map.detik.com) Semacam alat/tool untuk melihat Peta lokasi
·         IklanBaris (iklanbaris.detik.com) Berisi Iklan yang langsung diisi konsumen
·         MyTRANS (www.mytrans.com) Live Streaming Trans TV dan Trans7, serta video program-program acara Trans TV dan Trans7
·         Harian Detik (harian.detik.com) Berisi berita dalam bentuk koran digital yang diterbitkan 2x sehari pada pukul 06:00 WIB & 16:00 WIB (untuk edisi akhir pekan terbit 1x sehari pada pukul 06:00 WIB). Sejak 22 Juli 2013, Harian Detik dihentikan penerbitannya.



Pendapat masyarakat tentang Detik.com :
Moenandar (51) :
“Kebutuhan dalam mengakses berita yang up to date dan aktual sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat umum. Detik.com merupakan salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kualitas , aktualitas , dan “kesegaran” berita yang disuguhkan menjadikan alasan utama mengapa Detik.com menjadi salah satu rujukan media utama untuk mengakses berita.”
Irsyad (19) :
“Detik.com memberi suguhan berita-berita yang menarik dan berkualitas,sehingga Detik.com menjadi media favorit saya dalam mencari berita. Detik.com juga sangat mudah diakses dengan menggunakan berbagai macam media seperti laptop , komputer bahkan smartphone.”

Inspirasional dan pelopor :
Detik.com mampu menjadi pelopor media jurnalistik online yang sukses. Kisah berdirinya detik.com yang inspirasional bisa dijadikan contoh bagi para insan muda untuk terus mengembangkan kemampuan dan terus berjuang walaupun dengan sumberdaya yang terbatas.
Semangat yang pantang menyerah mutlak diperlukan demi terwujudnya impian yang didambakan. Detik.com merupakan contoh buah dari semangat dan kerja keras yang sudah dilakukan oleh para pendiri Detik.com.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar